Selasa, 23 April 2013

Bivalvia



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan: memiliki sepasang cangkang (nama "bivalvia" berarti dua cangkang). Nama lainnya adalah Lamellibranchia, Pelecypoda, atau bivalva. Ke dalam kelompok ini termasuk berbagai kerang, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima; meskipun variasi di dalam bivalvia sebenarnya sangat luas
Bivalvia mempunyai dua keping atau belahan yaitu belahan sebelah kanan dan kiri yang disatukan oleh suatu engsel bersifat elastis disebut ligamen dan mempunyai satu atau dua otot adductor dalam cangkangnya yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua belahan cangkang tersebut. Untuk membedakan belahan kanan dan balahan kiri cangkang terkadang mengalami kesulitan, hal ini biasa terjadi pada bivalvia yang hidup menempel pada benda keras misalnya pada karang, karena pertumbuhan bivalvia ini mengikuti bentuk dari permukaan karang tersebut sehingga bentuknya tidak wajar (Barnes, 1982).
Bivalvia tidak memiliki kepala, mata serta radula di dalam tubuhnya, tubuh bivalvia hanya terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, mantel, dan organ dalam. Kaki dapat ditonjolkan antara dua cangkang tertutup, bergerak memanjang dan memendek berfungsi untuk bergerak dan merayap (Robert et al, 1982).

B.       Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang bioekologi moluska khususnya dari kelas bivalvia.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Bivalvia
Kelas ini termasuk kerang, tiram, remis, dan sebangsanya. Mereka biasanya simetri bilateral, mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel yang berupa dua daun telinga atau cuping. Tiram, kerang, dan sebangsanya mempunyai dua cangkang di kedua sisi tubuh hewan. Karena cangkang ini disebut tangkup (valve) dan dua buah jumlahnya maka kelas ini dinamakan Bivalvia. Bentuk cangkangnya digunakan untuk identifikasi. Sebagian besar hidup di laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Sebagian besar mempunyai kelamin terpisah dan menyebar telur dan sperma ke air untuk pertumbuhan.
Gambar 2.0 Struktur Tubuh Bivalvia

Kerang tidak mempunyai radula seperti Gastropoda. Mereka mendapatkan makanannya dengan cara menyaring dengan system sifon. Mereka tidak mempunyai kepala atau tentakel yang nyata. Cangkangnya terdiri dari 3 lapisan, yakni :
1.    Lapisan luar tipis, hampir berupa bahan seperti kulit, hanya lebih keras dan disebut periostrakum (perostracumi), yang melindungi
2.    Lapisan kedua yang tebal, terbuat dari kalsium karbonat
3.    Lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis.
Bagian tertua dari cangkang terletak di gabungan engsel yang disebut umbo. Pen shell dan rock scallop mempunyai otot besar di dekat bagian tengah cangkang. Otot besar ini dimanfaatkan orang sebagai makanan mahal.

 

Gambar 2.1 Bagian Dalam dan Luar Cangkang Bivalva (Carpenter and Niem, 1998)

B.       Sistematika Bivalvia
Kelas Bivalvia termasuk salah satu kelas dari phylum Molusca yang memiliki empat ordo yaitu Protobranchia, Taxodonata, Dysodonta dan Pseudolamellibranchia. Kebanyakan hidup di laut terutama di daerah littoral, beberapa di daerah pasang surut dan air tawar. Beberapa jenis laut hidup sampai kedalaman 5000 m (Swit, 1993).
Suwignyo (1998) membagi Bivalvia dalam 3 sub kelas diantaranya :
1.      Sub kelas Protobranchia
Umumnya primitif; filamen insang pendek dan tidak melipat; permukaan kaki datar dan menghadap ke ventral; otot aduktor 2 buah.
·      Ordo Nuculacea
Tidak mempunyai sifon; sebagai deposit feeder mendapatkan makanan menggunakan proboscides; Nucula dan Yoldia dan hidup di semua laut terutama daerah temperate.
·      Ordo Solenomyacea
Mempunyai sifon; menyaring makanan menggunakan insang;cangkang mempunyai semacam tirai (awning); Solen cangkangnya sangat rapuh.
2.      Sub kelas Lamellibranchia
Filamen insang memanjang dan melipat, seperti huruf W; antara filamen dihubungkan oleh cilia (filabranchia) atau jaringan (eulamellibranchia)
·      Ordo Taxodonta
Gigi pada hinge banyak dan sama; kedua otot aduktor berukuran kurang lebih sama; pertautan antara filamen insang tidak ada. Arca, Anadara, dan Barbatia. Penyebarannya luas umumnya di pantai laut.
·      Ordo Anisomyaria
Otot aduktor anterior kecil atau tidak ada yang posterior ukurannya besar, sifon tidak ada; terdapat pertautan antara filamen dengan cilia; biasanya sessile; kaki kecil dan memiliki bisus. Beberapa diantaranya : Mitylus, Ostrea, Atrina dan Pinctada.
·      Ordo Heterodonta
Gigi pada hinge terdiri atas beberapa gigi kardinal dengan atau tanpa gigi lateral; insang tipe eulamellibranchia; kedua otot aduktor sama besar; tepi mantel menyatu pada beberapa tempat, biasanya mempunyai sifon. Cardium, Corbicula, Marcenaria, Tagelus, Mya dan Tridacna. Kebanyakan hidup di laut.
·      Ordo Schizodonta
Gigi dan hinge memiliki ukuran dan bentuk yang berfariasi; tipe insang eulamellibranchia. Kerang air tawar Pseudodon, Anodonta dan Mutelidea.
·      Ordo Adapedonta
Cangkang selalu terbuka, ligamen lemah atau tidak ada; gigi pada hinge kecil atau tidak ada; tipe insang eulamellibranchia; tepi mantel menutup, kecuali pada bukaan kaki; sifon besar, panjang dan menjadi satu; hidup sebagai pengebor pada subtrat keras. Pengebor tanah liat dan batu karang, Pholas, Mya, Panope, Teredo, dan Bankia. Umum terdapat dilaut mana saja
·      Ordo Anomalodesmata
Tidak ada gigi pada hinge; tipe insang eulamellibranchia, tetapi lembaran insang terluar mengecil dan melengkung kearah dorsal; bersifat hermaprodit. Lyonsia, cangkang kecil dan rapuh, terdapat di laut dangkal Atlantik dan Pasifik.
3.      Sub kelas Septibranchia.
Insang termodifikasi menjadi sekat antara rongga inhalant rongga suprabranchia, yang berfungsi seperti pompa. Umumnya hidup di laut dalam seperti Cuspidularia dan Poromya.

C.      Sistem pencernaan
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.

D.      Sistem Reproduksi
Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal. Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.
 
Gambar 2.2 Diagram Daur Hidup Kerang Air Tawar
E.       Habitat Bivalvia
Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis Bivalvia mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup dalam satu ekosistem. Bivalvia pada umumnya hidup membenamkan dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada yang menempel pada benda-benda keras dengan semacam serabut yang dinamakan byssal threads. Demikian pula Nontji (1987), bivalvia hidup menetap di dasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur bahkan pada karang-karang batu. Akan tetapi pada beberapa spesies bivalvia seperti Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).
Gambar 2.3  Membenamkan Diri Pada Substrat

Menurut Odum (1988), dalam Samingan dan Srigondo (1993) bahwa binatang infauna seringkali memberikan reaksi yang mencolok terhadap ukuran butir atau tekstur dasar laut, sehingga habitat Molusca dari berbagai lereng pasir lumpur akan berbeda. Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis pelecypoda mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup dalam satu ekosistem.
Gambar 2.4 Brachiopoda Yang Melekat Pada Substrat Keras (Davis,1986)

. Nontji (1993), menyatakan bahwa “pelecypoda hidup menetap di dasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur adapula yang menempel di pohon bahkan pada karang-karang batu”. Pada beberapa spesies pelecypoda seperti Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).

Gambar 2.5 Kerang Hijau melekat pada substrat dengan benang – benang (Davis,1986)

F.       Kebiasaan Makan
Nybakken (1992), menyebutkan berdasarkan pada makanan dan kebiasaan makannya, jenis-jenis bivalvia dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan endapan. Bivalvia umumnya memperoleh makanan dengan cara menyaring partikel-partikel yang ada dalam air laut (Nontji,1987). Pada golongan pemakan endapan, bivalvia ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir yang mengandung sisa-sisa zat organik dan fitoplankton yang hidup di dasar. Makanan tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam bivalvia membenamkan diri siphonnya semakin panjang. (Nontji,1987).

G.      Peranan Pelecypoda
Secara ekologis, jenis Pelecypoda penghuni kawasan hutan mangrove memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan hutan mangrove, karena disamping sebagai pemangsa detritus, pelecypoda berperan dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan detrivor. Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa pelecypoda di samping sebagai pemangsa detritus. Akar pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove (Irwanto, 2006). Selain berperan sebagai rantai makanan terhadap ekosistem mangrove pelecypoda di jadikan makanan, cangkok pelecypoda bisa dimanfaatkan untuk  membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang suka mengumpulkan berbagai macam cangkang pelecypoda untuk koleksi atau perhiasan.
Pelecypoda juga mempunyai kemampuan untuk mengontrol jumlah racun dalam tubuh mereka melalui proses pengeluaran, sementara organisme lain tidak dapat melakukan hal ini. Organisme yang tidak dapat mengontrol jumlah kandungan racun akan mengakumulasi polutan dan jaringan mereka menunjukkan adanya polutan. Pelecypoda sangat baik mengakumulasi polutan sehingga digunakkan sebagai biomonitor polusi (Philips dalam Sitorus, 2008).














DAFTAR PUSTAKA


 Mohan Hilman Et All, 2009. Paleontologi ; Bivalvia. Fakultas Teknik Geologi. Universitas Padjdjaran

Nontji Anugerah, 2007. Laut Nusantara. Penerbit : Djambatan. Jakarta
Romimohtarto Kasijan. Juwan Sri, 2009. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar