Rabu, 24 April 2013

BIOLOGI LAUT DALAM

BIOLOGI LAUT DALAM

 

A.    PENDAHULUAN

 

1.Latar Belakang

Ekosistem laut dalam merupakan kesatuan interaksi antara makhluk hidup (komponen biotik) dengan lingkungannya (komponen abiotik) yang terjadi di laut dalam (deep sea) yang memiliki kedalaman > 300 meter.

Sumberdaya alam laut dalam lebih banyak daripada laut dangkal. Hal ini dikarenakan :

  • Ruang gerak laut dalam lebih luas daripada ruang gerak laut dangkal
  • Akses manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya alam laut dalam lebih suit
  • Dengan sifat air sebagai pelarut atau pengencer, sehingga efek limbah tidak sampai ke laut dalam

Dengan kedalam 300 meter maka cahaya matahari tidak akan dapat menembus daerah laut dalam dan tidak akan terjadi proses fotosintesis sehingga tidak terdapat organisme autotrof sebagai produsen yang menjadi dasar proses rantai makanan. Selain tidak tersedianya produsen dalam ekosistem laut dalam, keadaan tanpa cahaya tersebut dan kedalamannya membuat organisme atau biota laut dalam melakukan adaptasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan juga dapat bereproduksi. 

 

 B.  PEMBAHASAN

Laut dalam adalah lapisan terbawah dari lautan, berada dibawah lapisan thermocline pada kedalaman lebih dari 1828 m. Sangat sedikit atau bahkan tidak ada cahaya yang dapat masuk ke area ini, dan sebagian besar organisme bergantung pada material organik yang jatuh dari zona fotik. Karena alasan inilah para saintis mengira bahwa kehidupan di tempat ini akan sangat sedikit, namun dengan adanya peralatan yang dapat menyelam ke kedalaman, ditemukan bahwa ditemukan cukup banyak kehidupan di arena ini.

Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan. Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat.Kapal selam penelitian Jepang, Kaiko, adalah satu-satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun 2003.

Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan organisme lainnya di sekitar hydrothermal vents mengubah pandangan itu. Organisme-organisme tersebut hidup dalam keadaan anaerobik dan tanpa cahaya pada keadaan kadar garam yang tinggi dan temperatur 149 oC. Mereka menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang sangat beracun pada kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan tanpa cahaya dan oksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di tempat lain di alam semesta ini.

Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan Revolusi Biru.

Ekosistem laut dalam merupakan ekosistem laut yang tidak terjangkau oleh sinar matahari. Oleh sebab itu, pada ekosistem ini tidak mungkin hidup produsen yang fotoautotraf. Komunitas yang ada pada ekosistem laut dalam kemungkinan adalah hewan-hewan saprovora, karnivora, dan detritivora. Karena terbatasnya sumber materi dan energi, maka keanekaragaman jenis makhluk hidup pada ekosistem laut dalam paling rendah dibandingkan ekosistem laut lainnya.

1.      CIRI-CIRI LINGKUNGAN HIDUP

Ekosistem laut dalam memiliki perbedaan yang sangat besar dibandingkan ekosistem laut dangkal. Keadaan tersebut juga mempengaruhi individu – individu biota laut dalam tersebut. Adapun ciri – ciri lingkungan hidup laut dalam tersebut adalah

  • Cahaya matahari hampir dikatakan tidak menembus laut dalam sehingga kondisi laut dalam tersebut gelap gulita dan tidak terjadi proses fotosintesis pada ekosistem ini
  • Tekanan hidrostatik yang tinggi karena semakin turun sejauh 10 meter dari permukaan laut maka tekanan akan bertambah sebesar 1 atm.
  • Pengaruh salinitas yang tinggi. Salinitas juga di pengaruhi oleh meningkatnya suhu karena semakin tinggi suhu maka semakin tinggi prnguapan sehingga terjadi pemekatan yang mengakibatkan salinitas meningkat. Curah hujan dan masuknya air tawar dari aliran sungai juga mempengaruhi salinitas karena semakin banyak suplay air tawar yang masuk maka akan terjadi pengenceran sehingga salinitas menururn.
  • Suhu, semakin dalam laut maka suhu semakin rendah karena ketidak mampuan penetrasi cahaya matahari hingga ke laut dalam.
  • Kadar Oksigen rendah karena oksigen yang masuk ke laut dalam digunakan terus – menerus oleh organisme laut dalam tanpa adanya organisme penghasil oksigen.
  • Pakan yang sedikit, pakan pada ekosistem laut dalam berasal dari sisa – sisa makanan dari ekosistem laut dangkal. Selain itu pakan bagi organisme – organisme ialah organisme yang telah mati dan lain – lain. 

 

Makanan dari Ekosistem Laut-Dalam

Gunung-laut adalah gunung bawah laut yang biasanya merupakan sisa-sisa gunung api bawah laut. Gunung ini menyeruak setinggi lebih dari 1.000 m dari dasar laut yang dalam dan seluruhnya di bawah air. Lereng gunung bawah laut sangat terjal, dan menghasilkan pola arus yang membawa nutrisi dari laut yang lebih dalam. Nutrisi ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman laut yang mendukung jaring makanan kompleks di sekitar gunung laut. Kebanyakan ikan laut-dalam tidak dianggap penting dari segi komersial sebagai makanan manusia karena dagingnya miskin protein dan berair sehingga tidak menarik sebagai makanan manusia. Namun, pada tahun 1980-an, nelayan menemukan populasi besar ikan laut-dalam yang hidup di sekitar gunung api. Ikan-ikan ini dagingnya kenyal dan lezat serta kaya protein dan lemak. Selain itu, ikan-ikan ini sepuluh kali lebih banyak daripada ikan laut-dalam lainnya di daerah lain di dekatnya. Sayang sekali, banyak spesies gunung bawah laut ditangkap secara berlebihan. Populasi ikan gunung bawah laut dapat dikelola untuk skala-kecil perikanan rakyat yang berkelanjutan dan masih bisa menyediakan makanan dan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Jenis pengelolaan ini bergantung pada informasi tentang ekosistem laut-dalam yang dapat berasal dari penjelajahan laut-dalam.    

  

 

Perubahan Iklim Bumi Mempengaruhi Sistem Laut-Dalam

Rata-rata suhu Bumi sekarang lebih hangat daripada sebelumnya, setidaknya sejak 1400 M. Penting diingat bahwa angka rata-rata termasuk angka yang lebih tinggi dan lebih rendah dari nilai “rata-rata.” Jadi, pemanasan di beberapa daerah dapat jauh lebih tinggi daripada rata-rata, sementara daerah lain mungkin sebenarnya lebih dingin. Perdebatan terus berlangsung tentang penyebab perubahan iklim, tetapi jelas bahwa

• Gletser gunung mencair;

• Es kutub berkurang;

• Selimut salju musim semi sudah musnah;

• Suhu tanah meninggi di banyak daerah;

• Permukaan laut naik beberapa cm dalam 100 tahun terakhir.

Kenaikan permukaan laut membuat masyarakat pesisir lebih rentan terhadap badai dan banjir. Hal lain yang memprihatinkan bagi Indonesia adalah pengaruh suhu yang lebih tinggi pada terumbu karang. Banyak ilmuwan berpendapat bahwa kesehatan terumbu karang di seluruh dunia menurun karena beberapa tekanan, salah satunya adalah suhu air yang memanas. Sementara laut-dalam mungkin tampaknya jauh dari atmosfer, arus laut-dalam mengalirkan panas di antara semua lautan di dunia. Sirkulasi laut-dalam ini kadang-kadang disebut “ban berjalan global,” dan sangat nyata mempengaruhi iklim Bumi. Sejumlah ilmuwan prihatin bahwa suhu hangat di permukaan laut dan meningkatnya aliran air tawar dari es-cair dapat melemahkan ban berjalan global. Penjelajahan laut dapat memberikan beberapa pengetahuan penting tentang interaksi atmosfer-laut yang dibutuhkan untuk memahami, meramalkan, dan menyikapi dampak tersebut. Interaksi antara laut dan atmosfer Bumi menghasilkan tekanan lain yang mempengaruhi banyak organisme laut. Karbon dioksida di atmosfer Bumi telah meningkat selama bertahun-tahun, dan ini menyebabkan semakin banyak karbon dioksida terlarut di laut. Peningkatan karbon dioksida terlarut menyebabkan air laut menjadi lebih asam. Peningkatan keasaman mengganggu pembentukan cangkang dan struktur kerangka lainnya pada bunga karang, kerang, echinodermata,plankton, serta fauna dan fauna laut lainnya.

 

2.      ADAPTASI ORGANISME LAUT DALAM

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Dengan keadaan tanpa adanya cahaya matahari, tekanan tinggi, salinitas tinggi dan faktor – faktor yang terdapat di dalam ekosistem laut dalam ini membuat biota laut dalam tersebut melakukan adaptasi, yakni :

a.  Adapasi morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat dilihat dari bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya bertubuh transparan karena tubuhnya tidak mengandung pigmen. Secara morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies.

Bentuk spesies non ikan seperti moluska dan sebangsanya akan adaptif untuk memakan mikroorganisme yang ada. Mereka sulit bersaing dengan ikan yang ganas. Untuk senjata mempertahankan diri, mereka biasanya mampu berkamuflase dengan kondisi sekitar.Satu persamaan dari mereka adalah, evolusi morfologis mengubah bentuk mereka menjadi kecil. Jarang ada organisme yang berdimensi panjang lebih dari 25 cm. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet.                

       b.  Adaptasi fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Di ekosistemlaut dalam dapat dikatakan tidak terdapat produsen karena tidak adanya sinar matahari yang menyebabkan tidak adanya proses fotosintesis pada ekosistem tersebut, sehingga biota laut dalam melakukan  adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur energinya sendiri dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok makanan yang didapat.

c.       Adaptasi tingkah laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya. Beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi, akan mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan. Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar yang serba gelap. Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa, seperti Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya. Di laut dalam sering terlihat cahaya yang berkedip-kedip, cahaya tersebut adalah Bioluminescence.

 

Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut, cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap. Bioluminescence digunakan oleh hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Pada umumnya bioluminescence dimiliki oleh setiap hewan laut dalam, baik betina maupun jantan. Namun beberapa diantaranya ada yang hanya dimiliki oleh hewan laut betina. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya. 

d.      Organisme Laut dan Pemanfaatannya

Begitu banyak organisme yang menghuni di lautan, berbagai macam pula karakter setiap organisme ini tetapi pada dasarnya organisme tersebut masing – masing mempunyai kelebihan atau pun kekurangan dalam lingkungan laut ini, berbagai manfaat masih belum tergali sepenuhnya oleh manusia lingkungan laut masih dijadikan sebagai misteri dalam kehidupan manusia dan kita sebagai manusia wajib mencari tahu serta mengeksplor hasil laut kita dengan memperhatikan berbagai macam aspek kehidupan di dalam sana jangan sampai kita merusak ekosistem di laut kita ini. Oleh karena itu kami mencoba membahas komunis yang ada di laut,salah satunya nekton secara umum di perairan laut.

Anda tentu masih ingat, pada kegiatan sebelumnya Anda telah mempelajari berbagai mineral perairan laut dan manfaatnya, Organisme laut dan pemanfaatannya. Banyak organisme yang terdapat di laut, namun pada kegiatan ini kita batasi untuk mengupas organisme laut jenis Plankton, Nekton dan Bentos.

 

ü . Plankton

Plankton terdiri dari dua jenis yaitu fitoplankton (golongan tumbuh-tumbuhan) dan zooplankton (golongan hewan).

1) Fitoplankton, adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil, ia melayanglayang di air dan merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ikan-ikan laut berukuran sedang dan kecil. Ia mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Contoh plankton ini yaitu Alga merah banyak terdapat di Laut Merah, Alga biru banyak terdapat di Laut Tropik, Dinophysis, Navicula dan lain-lain.

2) Zooplankton, adalah sebuah koloni (kelompok) yang terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil yang sangat banyak jumlahnya. Contoh zooplankton misalnya Copepoda, Tomopteris, Arrow Wori, Jelly Fish (ubur-ubur) dan Crustace. Di samping menjadi makanan utama ikan, tumpukan bangkai plankton di laut dangkal juga merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.

ü . Nekton

Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari seperti ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, cumi-cumi dan lain-lain. Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.

ü . Bentos

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut,cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya

sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Batu-batu karang yang dihasilkan oleh bentos dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, rekreasi, sebagai bahan bangunan dan lain-lain. Sedangkan zat kimia yang terkandung dalam tubuh bentos bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk permbuatan obat dan kosmetika. 

 

3.      BENTOS LAUT DALAM

 Bentos  

Kehidupan bentos berada di dasar laut. Untuk hewan yang hidup terbenam di dalam pasir, shell atau di dalam lumpur disebut infauna. Hewan yang hidup melekat pada karang atau bergerak di permukan  dasa laut disebut epifauna. Hewan bentos, misalnya udang yang bergerak di dasr, tetapi bergerak dengan relatif mudah dalam air sampai di permukaan air laut disebut nektobentos. Hewan yang termasuk bentos, misalnya :

·         Kerang

·         Kepiting

·         Mawar laut

·         Landak laut  

Litoral dan sublitoral dalam merupakan daerah di mana kita dapat menemuka algae yang melekat pada dasar laut, karena mereka hanya hidup di daerah bentik yang cukup mendapat sinar matahari. Di daerah ini terdapat keaneragaman yang luas dalam kondisi fisik dan nutrifit. Species hewan telsh berkembang dalam jumlah yang besar di dalam komunitas bentik dekat pantai, sebagai akibat dari variasi yang ada dalam habitat ini. Dari hasil studi menunjkan bahwa terdapat suatu peningkatan keaneragaman species semakin ke arah daerah  batas awal batial

Kebanyakan lingkungan bentik merupakan daerah yang gelap terus menerus, oleh karena itu produksi fotosintetik  tidak terjadi. Hewan yang hidup di daerah ini harus makan satu sama lainnya, atau makan nutrien apapun yang berasal dari daerah yang dekat permukaan laut. Di dasar laut yang dalam, lingkungannya ditandai dengan kaeadaan yang dingin, sunyi, dan gelap. Di bawah kondisi ini dapat dimengerti jika kehidupan hewannya belangsung relatif dalam gerak lambat. Hewan yang hidup dan bergerak di sekitar dasar laut, bentuk langsing tidak terlalu penting, meskipun bentuk ini sangat penting untuk nekton.

Organisme yang hidup di dalam laut yang dalam, umumnya benar-benar mempunyai distribusi yang luas, karena kondisi fisik untuk hidup tidak berbeda bahkan pada jarak yang sangat jauh di dasar laut yang dalam. Sedikit species tahan sekali terhadap  perubahan tekanan. Di dalam anggota species yang sama mungkin dapat ditemukan, baik pada daerah litoral maupun pada kedalaman beberapa kilometer.

Pada tahun 1977 telah diketahui untuk yang pertama kali adanya bentos dalam jumlah besar di laut yang dalam. Nampaknya, ketersediaan makanan merupakan faktor pembatas utama kehidupan di dasar laut, dan makanan dalam bentuk bakteria kemosintesis terdapat berlebihan di dasar laut yang dalam.

 

1 komentar: